Sholat Taubat: Niat, Tata Cara, Doa, DLL [PANDUAN LENGKAP]

Sholat taubat adalah cara untuk meraih salah satu amal yang paling tinggi derajatnya di sisi Allah, yaitu taubat nasuha.

Taubat adalah sikap menerima setiap kesalahan yang kita lakukan dan menyesalinya, serta berjanji untuk tidak mengulanginya kembali.

Allah telah menciptakan manusia dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Allah mendesain manusia dengan  berbagai keterbatasan bukan berarti tanpa tujuan. Di sini terkandung hikmah yang besar sehingga kita bisa menggali banyak pelajaran.

Pada artikel kali ini, hasana.id akan memaparkan tata cara sholat taubat sebagai salah satu ikhtiar kita dalam melakukan taubat nasuha.

Manusia dan Kesalahan

Sebuah pepatah Arab mengatakan, manusia adalah tempatnya khilaf dan lupa. Meski pepatah ini tidak bisa dikatakan sebagai dalil bahwa manusia adalah makhluk yang cenderung berbuat salah, tetapi tersirat karakteristik sejati dari manusia.

Bahkan, semenjak penciptaan manusia yang pertama, kehidupan manusia telah diwarnai dengan kesalahan dan dosa.

Nabi Adam as yang ketika pertama kali diciptakan ditempatkan oleh Allah di surga. Karena satu kesalahan, Allah menghukumnya dengan menurunkan ia ke dunia.

Allah mengabadikan kisah ini di dalam Al-Qur’an,

يَـٰٓـَٔادَمُ ٱسۡكُنۡ أَنتَ وَزَوۡجُكَ ٱلۡجَنَّةَ وَكُلَا مِنۡهَا رَغَدًا حَيۡثُ شِئۡتُمَا وَلَا تَقۡرَبَا هَـٰذِهِ ٱلشَّجَرَةَ فَتَكُونَا مِنَ ٱلظَّـٰلِمِينَ (٣٥) فَأَزَلَّهُمَا ٱلشَّيۡطَـٰنُ عَنۡہَا فَأَخۡرَجَهُمَا مِمَّا كَانَا فِيهِ‌ۖ وَقُلۡنَا ٱهۡبِطُواْ بَعۡضُكُمۡ لِبَعۡضٍ عَدُوٌّ۬‌ۖ وَلَكُمۡ فِى ٱلۡأَرۡضِ مُسۡتَقَرٌّ۬ وَمَتَـٰعٌ إِلَىٰ حِينٍ۬ (٣٦) فَتَلَقَّىٰٓ ءَادَمُ مِن رَّبِّهِۦ كَلِمَـٰتٍ۬ فَتَابَ عَلَيۡهِ‌ۚ إِنَّهُ ۥ هُوَ ٱلتَّوَّابُ ٱلرَّحِيمُ

Artinya:

“Dan Kami berfirman: “Hai Adam, diamilah oleh kamu dan isterimu surga ini, dan makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik dimana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang zalim. Lalu keduanya digelincirkan oleh syaitan dari surga itu dan dikeluarkan dari keadaan semula dan Kami berfirman: “Turunlah kamu! sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain, dan bagi kamu ada tempat kediaman di bumi, dan kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukan”. Kemudian Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya, maka Allah menerima taubatnya. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.” (QS Al Baqoroh: 35-37)

Syariat Pertama Tentang Taubat

Allah merancang kisah Nabi Adam dengan sedemikian rupa sehingga kita bisa mengambil hikmah yang besar dari sana.

Pada ayat sebelumnya, dijelaskan bahwa saat Nabi Adam dikenai hukuman dengan diturunkannya ke bumi, ternyata Allah tidak membiarkannya begitu saja.

Allah pun mewahyukan kepada Nabi Adam sebuah kalimat taubat. Kalimat ini pun Allah abadikan dalam firmanNya yang lain dan dalam kisah yang lebih lengkap.

قَالَا رَبَّنَا ظَلَمۡنَآ أَنفُسَنَا وَإِن لَّمۡ تَغۡفِرۡ لَنَا وَتَرۡحَمۡنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ ٱلۡخَـٰسِرِينَ

Artinya: ‘Keduanya berkata: “Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi.” (Q.S Al-A’raf : 23)

Inilah syariat pertama tentang pertaubatan. Hal ini menunjukkan jika manusia memang memiliki kecenderungan berbuat dosa dan salah.

Di sisi lain, Allah juga menunjukan bagaimana cara menghindari dan cara agar mendapatkan pengampunan dariNya.

Maka semenjak Nabi Adam, para nabi setelahnya sampai kepada kita sebagai umat Nabi Muhammad saw, syariat taubat terus menerus menjadi materi yang disampaikan.

Bahkan Nabi Muhammad saw, sebagai sosok kekasih Allah dan orang yang pasti telah terjamin masuk surga telah bersabda:

“Wahai sekalian manusia, bertaubatlah kepada Allah dan memohonlah ampun kepada-Nya, sesungguhnya aku bertaubat dalam sehari sebanyak 100 kali.” (HR. Muslim)

Mestinya hadis diatas menjadi peringatan bagi kita, bahwa sosok seorang Rasul pun yang telah maksum (terjamin dari kesalahan) tetap memohon ampun bahkan hingga 100 kali dalam satu hari.

Maka, kita sebagai umatnya jangan pernah merasa bosan untuk meminta ampun dan melakukan pertaubatan untuk berbagai kesalahan kita, baik yang disengaja ataupun tidak.

Mengenal Asma Allah: Yang Maha Pemaaf

Pada artikel tentang asmaul husna, kita telah mengenal 99 nama Allah yang mewakili berbagai sifatNya. Salah satu sifat Allah Yang Maha Pemaaf.

Sifat Allah Yang Maha Pemaaf ini dalam asmaul husna diwakili oleh العفو (Al Afuww) yaitu Yang Maha Pemaaf.

Selain itu, ada pula asma-asma lain yang memiliki makna serupa, yaitu التواب (At Tawwaab) Yang Maha Penerima Tobat, الغفور (Al Ghafuur) Yang Maha Memberi Pengampunan dan الغفار (Al Ghaffaar) Yang Maha Pengampun.

Dengan asma ini, Allah memperkenalkan bahwa Ia adalah yang Maha Pemaaf. Hal ini tercatat dalam Al-Qur’an:

ذَٲلِكَ وَمَنۡ عَاقَبَ بِمِثۡلِ مَا عُوقِبَ بِهِۦ ثُمَّ بُغِىَ عَلَيۡهِ لَيَنصُرَنَّهُ ٱللَّهُ‌ۗ إِنَّ ٱللَّهَ لَعَفُوٌّ غَفُورٌ۬

Artinya: “Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pemaaf lagi Maha Pengampun.” (QS. Al Hajj : 60)

Pada penjelasan diatas kita memahami jika Allah telah mendesain manusia dengan segala karakter dan kecenderungannya untuk berbuat salah.

Namun, Allah pun adalah Zat yang Maha Pemaaf atas segala kesalahan yang telah dilakukan oleh manusia. Allah Swt membuktikan sifat ini dengan berfirman di dalam Al-Qur’an:

قُلۡ يَـٰعِبَادِىَ ٱلَّذِينَ أَسۡرَفُواْ عَلَىٰٓ أَنفُسِهِمۡ لَا تَقۡنَطُواْ مِن رَّحۡمَةِ ٱللَّهِ‌ۚ إِنَّ ٱللَّهَ يَغۡفِرُ ٱلذُّنُوبَ جَمِيعًا‌ۚ إِنَّهُ ۥ هُوَ ٱلۡغَفُورُ ٱلرَّحِيمُ (٥٣) وَأَنِيبُوٓاْ إِلَىٰ رَبِّكُمۡ وَأَسۡلِمُواْ لَهُ ۥ مِن قَبۡلِ أَن يَأۡتِيَكُمُ ٱلۡعَذَابُ ثُمَّ لَا تُنصَرُونَ

Artinya:

‘Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah.

Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Dan kembalilah kamu kepada Tuhanmu, dan berserah dirilah kepada-Nya sebelum datang azab kepadamu kemudian kamu tidak dapat ditolong (lagi).” (QS. Az Zumar: 53-54)

Pintu Ampunan dari Allah Swt yang Maha Pemaaf

Ayat tadi bisa kita pahami sebagai kabar gembira dari Allah Swt. Bagaimana tidak, ketika kita menyadari bahwa manusia adalah makhluk dengan kecenderungan berbuat salah, ternyata Allah dengan sifat Maha Pemaaf membuka pintu ampunan dan harapan.

Bahkan, Allah mengingatkan sebelum turunnya azab yang pedih disebabkan kelalaian manusia.

Allah Swt membuka pintu taubat sebagai bentuk pemaafan atas berbagai kesalahan yang telah dilakukan oleh manusia.

Tidak ada satu pun kesalahan yang tidak akan Allah ampuni dengan catatan manusia tersebut meminta kepada Allah ampunan. Bahkan, di ayat lain Allah pun masih membuka pintu ampunan bagi orang-orang yang telah membuat konsep trinitas atas nama-Nya.

Meski ada ayat di dalam Al-Qur’an yang menyatakan jika Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, tetapi itu jika orang tersebut meninggal tanpa pernah bertaubat dari dosanya. Setidaknya pendapat ini dikemukakan oleh Ibnu Katsir dalam kitab tafsir karangan beliau.

Setelah mengenal asma Allah yang Maha Pemaaf, semestinya kita bisa membangkitkan rasa optimis yang lebih tinggi akan ampunan Allah. Lalu, jangan pernah sedikit pun menganggap remeh setiap dosa yang kita lakukan.

Taubat Nasuha

Sebelumnya kita mengenali diri sebagai makhluk yang cenderung berbuat salah, sedangkan di sisi lain ada Allah yang Maha Pemaaf. Lantas untuk membuat koneksi antara keduanya, dibutuhkan sebuah ikhtiar yang dikenal sebagai taubat nasuha.

Pengertian Taubat Nasuha

Secara bahasa taubat artinya kembali. Sementara secara istilah taubat berarti kembali kepada Allah, kembali pada syariat-Nya, mengakui segala bentuk kesalahannya, dan menyesalinya, serta berjanji tidak akan mengulanginya kembali.

Allah berfirman:

يَـٰٓأَيُّہَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ تُوبُوٓاْ إِلَى ٱللَّهِ تَوۡبَةً۬ نَّصُوحًا عَسَىٰ رَبُّكُمۡ أَن يُكَفِّرَ عَنكُمۡ سَيِّـَٔاتِكُمۡ وَيُدۡخِلَڪُمۡ جَنَّـٰتٍ۬ تَجۡرِى مِن تَحۡتِهَا ٱلۡأَنۡهَـٰرُ يَوۡمَ لَا يُخۡزِى ٱللَّهُ ٱلنَّبِىَّ وَٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ مَعَهُ ۥ‌ۖ نُورُهُمۡ يَسۡعَىٰ بَيۡنَ أَيۡدِيہِمۡ وَبِأَيۡمَـٰنِہِمۡ يَقُولُونَ رَبَّنَآ أَتۡمِمۡ لَنَا نُورَنَا وَٱغۡفِرۡ لَنَآ‌ۖ إِنَّكَ عَلَىٰ ڪُلِّ شَىۡءٍ۬ قَدِيرٌ۬

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang mukmin yang bersama dia; sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan:

“Ya Rabb kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami; Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS. At Tahrim: 8)

Perhatikan pada ayat diatas, bahwa Allah menganjurkan untuk melakukan taubat nasuha sekaligus menjanjikan surga-Nya untuk mereka yang bertaubat.

Oleh karena itu, kita bisa memahami bahwa selain dari kebutuhan kita, bertaubat pun mesti menjadi keinginan kita akan pahala yang telah Allah janjikan.

Syarat-Syarat Taubat Nasuha

Untuk mendapatkan keberhasilan dalam melaksanakan taubat nasuha, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi.

1. Menyesali Segala Perbuatan Dosa

Penyesalan ini diawali dengan pengakuan sepenuh hati dengan penuh kejujuran jika apa yang telah kita lakukan itu adalah perbuatan salah dan melanggar.

Ini penting guna membangkitkan tingkat kesadaran sehingga di kemudian hari tidak ada lagi rasa permisif dalam melakukan dosa.

Setelah itu baru melahirkan rasa sesal, sedih, marah dan takut atas segala perbuatan dosa yang telah kita lakukan.

Rasa ini timbul setelah kita mengetahui berbagai ancaman Allah terhadap perbuatan dosa tersebut dan juga berharap dengan penuh tawakkal terhadap rahmat Allah Swt.

2. Bertekad untuk Tidak Akan Pernah Mengulangi Dosa

Seseorang bisa dikatakan bertaubat jika perbuatan dosanya tersebut telah benar-benar ditinggalkan dan tidak pernah diulangi kembali.

Hal ini bisa dikatakan sebagai hijrah secara mental. Proses hijrah secara mental ini perlu agar semua pintu kemungkinan berbuat dosa tertutup rapat dan tidak membuka peluang perbuatan tersebut akan terulang kembali.

3. Meminta Ampun kepada Allah Swt

Wajib hukumnya untuk meminta ampun atas dosa yang telah diperbuat. Mintalah ampun kepada Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

Dengan segala kemurahan-Nya, insyaallah Dia akan mengampuni dosa yang kita taubatkan.

4. Berjuang untuk Istikamah di Jalan Hidup yang Baru

Pada akhirnya, setelah kedua syarat diatas terpenuhi maka Allah akan menguji kembali hamba yang telah melakukan taubat tersebut.

Ujian tersebut berupa dorongan untuk kembali melakukan dosa yang telah kita tinggalkan atau dorongan untuk melakukan dosa yang lainnya.

Allah akan mencatat setiap amal dan ikhtiar yang kita lakukan guna menghindar sejauh mungkin dari perbuatan dosa tersebut sehingga tidak satu pun amal yang hilang dengan sia-sia.

5. Meminta Maaf Apabila Kesalahan Berkaitan dengan Orang Lain

Sampaikanlah permintaan maaf dengan sepenuh hati dan dengan lapang dada. Mintakan pula ampunan kepada Allah melalui lisannya.

Terima dengan lapang dada jika pihak yang pernah kita sakiti tersebut masih memendam amarah atau melontarkan cemoohan. Kemudian, mintalah ampunan kepada Allah untuknya.

Sholat Taubat

Sebagai salah satu bentuk penyempurnaan dalam proses taubat kita, maka empat mazhab fikih menganjurkan untuk melaksanakan sholat taubat.

Sholat taubat adalah bukti keseriusan kita bahwa kita benar-benar ingin bertaubat dan segala dosa kita benar-benar ingin diampuni.

Sholat taubat sendiri hukumnya sunnah, berdasarkan hadis dari Abu Bakar ra:

Rasulullah saw bersabda, “Tidaklah seorang hamba melakukan shalat dua rakaat kemudian meminta ampun kepada Allah, kecuali Allah akan mengampuninya.” Kemudian beliau membaca ayat ini. “Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.” (QS. Ali Imron : 135) (HR. Tirmidzi)

Waktu Pelaksanaan Sholat Taubat

Sholat taubat termasuk sholat sunnah yang dikerjakan dengan tujuan tertentu. Sholat dengan ciri seperti ini juga ditemukan pada sholat hajat dan istikhoroh. Selain itu, sholat dengan karakteristik ini juga tidak ada pembatasan waktu pengerjaannya.

Terkait kapan waktu ideal mengerjakan sholat taubat, sebagian ulama berpendapat untuk melakukannya dikerjakan sesegera mungkin, setelah kita menerima hidayah dari Allah Swt.

Hal ini bertujuan agar pengampunan atas dosa yang kita lakukan tidak Allah tangguhkan, sementara kita sendiri tidak tahu batas dari usia kita.

Namun, sebagian ulama lain berpendapat untuk melaksanakan sholat taubat pada waktu kapan saja dengan pengecualian, pada waktu dilarangnya melaksanakan sholat sunnah. Waktu-waktu tersebut diantaranya, saat Shubuh hingga terbit matahari (syuruq) dan Ashar hingga matahari tenggelam.

Niat Sholat Taubat

Niat sholat taubat adalah dengan menghadirkan keinginan untuk taubat dari berbagai kesalahan terlebih dahulu. Kemudian, berwudhu dan melaksanakan sholat 2 rakaat.

Adapun secara rukunnya, niat itu bertempat di hati. Artinya, keinginan dan azzam untuk melaksanakan sholat taubat sebenarnya sudah cukup dikategorikan sebagai niat.

Namun, untuk menegaskan kembali kamu bisa melafazkan niat:

 

أُصَلِّى سُنَّةَ التَّوْبَةَ رَكْعَتَيْنِ لِلهِ تَعَالَى

Ushalli Sunnatat Taubata Rak’ataini Lillahi Ta’ala

Artinya: “Saya niat shalat sunnah taubat dua rakaat karena Allah.”

Tata Cara Sholat Taubat

Sebagaimana yang disebutkan dalam hadis, hendaknya sebelum melaksanakan sholat taubat didahului dengan bersuci dengan baik. Disunahkan untuk mandi besar sebelum melakukan shalat taubat. Untuk tata caranya bisa lihat di sini.

Sholat taubat dilaksanakan sebanyak 2 rakaat dengan rukun sebagaimana sholat seperti biasa. Namun jika mau, kita bisa memperpanjang sujud terakhir untuk secara khusus bermunajat.

Ketika bersujud kita bisa mengakui berbagai dosa serta memohon ampunan dengan segala kerendahan diri di hadapan Allah Swt. Sebagaimana seperti yang disebutkan dalam hadis:

“Yang paling dekat antara seorang hamba dengan Rabbnya adalah ketika ia sujud, maka perbanyaklah doa ketika itu.” (HR. Muslim)

Doa dan Dzikir Selepas Sholat

Sebagai penyempurna dari sholat taubat kita, ada baiknya kita memperbanyak membaca istigfar. Meminta ampun dengan istigfar sebaiknya disertai pula dengan dzikir-dzikir menyebut asma-Nya.

Selain itu ada pula beberapa do’a yang secara khusus di peruntukan untuk dibaca selepas sholat taubat, diantaranya,

Doa Sholat Taubat 1

 

أَسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ الَّذِى لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ الحَيُّ القَيُّوْمُ وَأَتُوْبُ إِلَيْهِ تَوْبَةَ عَبْدٍ ظَالِمٍ لاَ يَمْلِكُ لِنَفْسِهِ وَأَتُوْبُ إِلَيْهِ تَوْبَةَ عَبْدٍ ظَالِمٍ لاَ يَمْلِكُ لِنَفْسِهِ ضَرًّا وَلاَ نَفْعًا وَلاَ مَوْتًا وَلاَ حَيَاةً وَلاَ نُشُوْرًا

Artinya:

“Saya memohon ampunan kepada Allah Yang Maha Agung, saya bersaksi bahwa tidak ada Tuhan melainkan Allah, Tuhan yang senantiasa hidup dan mengawasi, saya memohon taubat kepada-Nya sebagaimana taubatnya hamba yang dholim yang berdosa tidak memiliki daya upaya untuk berbuat mudharat atau manfaat untuk mati atau hidup maupun bangkit nanti.”

Doa Sholat Taubat 2


أللَّهُمَّ أَنْتَ رَبِّيْ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ أَنْتَ، خَلَقْتَنِيْ وَأَنَا عَبْدُكَ، وَأَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَا اسْتَطَعْتُ، أَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا صَنَعْتُ، أَبُوْءُ لَكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَيَّ، وَأَبُوْءُ بِذَنْبِيْ فَاغْفِرْ لِيْ فَإِنَّهُ لاَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ إِلاَّ أَنْتَ

Artinya:

“Ya Allah, Engkaulah Tuhan kami, tiada Tuhan melainkan Engkau yang telah menciptakan aku, dan akulah hamba-Mu. Dan aku pun dalam ketentuan serta janji-Mu yg sedapat mungkin aku lakukan.

Aku berlindung kepada-Mu dari segala kejahatan yg telah aku lakukan, aku mengakui nikmat-Mu yang Engkau limpahkan kepadaku, dan aku mengakui dosaku, karena itu berilah ampunan kepadaku, sebab tiada yg dapat memberi ampunan kecuali Engkau sendiri. Aku memohon perlindungan Engkau dari segala kejahatan yg telah aku lakukan.”

Doa Sholat Taubat 3

 

اَللَّهُمَّ اِنِّى اَسْاَلُكَ تَوْ فِيْقَ اَهْلِ الْهُدَى وَاَعْمَالَ اَهْلِ التَّوْبَةِ وَعَزْمَ اَهْلِ الصَّبْرِ وَجِدَّ اَهْلِ الْخَشْيَةِ وَطَلَبَ اَهْلِ الرَّ غْبَةِ وَتَعَبُّدَ اَهْلِ الْوَرَعِ وَعِرْفَانَ اَهْلِ الْعِلْمِ حَتَّى اَخَافَكَ . اَللَّهُمَّ اِنِّى اَسْاَلُكَ مَخَا فَةً تَحْجُزُ نِى عَنْ مَعَاصِيْكَ حَتَّى اَعْمَلَ بِطَا عَتِكَ عَمَلاً اَسْتَحِقُّ بِهِ رِضَاكَ حَتَّى اُنَا صِحَكَ فِىالتَّوْ بَةِ خَوْ فًا مِنْكَ وَحَتَّى اَخْلِصَ لَكَ النَّصِيْحَةَ حُبًّا لَكَ وَحَتَّى اَتَوَ كَّلَ عَلَيْكَ فَ اْلاُمُوْرِ كُلِّهَاوَحُسْنَ ظَنٍّ بِكَ . سُبْحَانَ خَالِقِ نُوْرٍ

Artinya:

“Ya Allah sesungguhnya hamba memohon kepada-Mu Taufik (pertolongan)nya orang-orang yang mendapatkan petunjuk (hidayah), dan perbuatannya orang-orang yang bertaubat, dan cita-cita orang-orang yang sabar, dan kesungguhan orang-orang yang takut, dan pencariannya orang-orang yang cinta, dan ibadahnya orang-orang yang menjauhkan diri dari dosa (wara’), dan ma’rifatnya orang-orang berilmu sehingga hamba takut kepada-Mu.

Ya Allah sesungguhnya hamba memohon kepada-Mu rasa takut yang membentengi hamba dari durhaka kepada-Mu, sehingga hamba menunaikan keta’atan kepada-Mu yang berhak mendapatkan ridho-Mu sehingga hamba tulus kepada-Mu dalam bertaubat karena takut pada-Mu, dan sehingga hamba mengikhlaskan ketulusan untuk-Mu karena cinta kepada-Mu, dan sehingga hamba berserah diri kepada-Mu dalam semua urusan, dan hamba memohon baik sangka kepada-Mu. Maha suci Dzat Yang Menciptakan Cahaya.”

Penutup

Demikian penjelasan seputar sholat taubat, mulai dari penjabaran mengenai taubat hingga tata cara melaksanakan sholat taubat.

Semoga Allah memberikan kepada kita hidayah dan taufik agar menjadi orang-orang yang senantiasa bertaubat sehingga termasuk golongan yang disukai Allah. Sebagaimana disebutkan dalam firman-Nya:

إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلتَّوَّٲبِينَ وَيُحِبُّ ٱلۡمُتَطَهِّرِينَ

Artinya: “Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang taubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri.” (QS. Al Baqoroh: 222)